Pemanfaatan Limbah Kulit Udang


Limbah Kulit Udang
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi, baik industri, domestik (rumah tangga), dan sebagainya di mana masyarakat bermukim, di sanalah berbagai jenis limbah akan dihasilkan. Limbah padat lebih dikenal sebagai sampah, yaitu hasil buangan yang berbentuk padatan, yang seringkali tidak dikehendaki kehadirannya karena tidak memiliki nilai ekonomis. Bila ditinjau secara kimiawi, limbah ini terdiri dari bahan kimia senyawa organik dan senyawa anorganik. Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia, akan tetapi limbah itu sendiri dapat diolah lebih lanjut, sehingga bernilai ekonomis. Dengan demikian, perlu dilakukan penanganan terhadap limbah. (Wikipedia, 2013).
Udang merupakan anggota filum Arthropoda, sub filum Mandibulata dan tergolong dalam kelas Crustacea (Jasin, 1987). Seluruh tubuh terdiri dari ruas ruas yang terbungkus oleh kerangka luar atau eksoskeleton dari zat tanduk atau khitin dan diperkuat oleh bahan kapur kalsium karbonat (Soetomo, 1990). Devisa yang diperoleh dari sektor perikanan 34% berasal dari ekspor udang sebesar 125.596 ton pada tahun 2007. Produksi udang menghasilkan limbah ±35%-50% dari berat udang.Sebagian besar limbah udang yang dihasilkan oleh usaha pengolahan udang berasal dari kepala, kulit dan ekornya. Kulit udang mengandung protein (25%- 40%), khitin (15%-20%) dan kalsium karbonat (45%-50%) (Marganof, 2003).

Cara Menanggulangi Kulit Udang sebagai Limbah Padat
A.  DIBUANG
Dalam pengolahan limbah padat untuk dibuang terdapat empat proses, yaitu sebagai berikut:
1.      Pemisahan
Karena limbah padat terdiri dari ukuran yang berbedan dan kandungan bahan yang berbeda juga, maka harus dipisahkan terlebih dahulu, agar peralatan pengolahan menjadi awet. Pemisahan dilakukan untuk mendapatkan keseragaman ukuran, berat, dan volume.
2.      Penyusunan Ukuran
Penyusunan ukuran dilakukan untuk memperoleh ukuran yang lebih kecilagar pengolahannya menjadi mudah.
3.      Pengomposan
Pengomposan dilakukan terhadap buangan limbah yang mudah membusuk atau kotoran hewan.
4.      Pembuangan Limbah
Proses akhir dari pengolahan limbah padat adalah pembuangan limbah yang sebaiknya dilakukan di darat atau tanah. Untuk pembuangan di darat perlu dilakukan pemilihan lokasi yang harusdipertimbangkan seperti pengaruh iklim, temperatur dan angin, struktur tanah, jaraknya jauh dengan permukiman, pengaruh terhadap sumber lain, perkebunan, perikanan dan peternakan (Scribd, 2013).

B.  DIJUAL
Kulit udang merupakan limbah padat yang dapat dijual sebagai limbah ekspor, sehingga bernilai ekonomis. Ekspor dilakukan dalam jumlah besar untuk dikirimkan ke China. China adalah negara yang saat ini mampu mengolah limbah kulit udang untuk didaur ulang (Agrobursa, 2011).
Kulit udang yang mengandung khitin dapat didaur ulang untuk mendapatkan khitosan. Dengan jumlah limbah udang sebesar 298.642,25 ton per tahun di Indonesia, maka khitin yang diolah adalah sebesar 170. 226 ton per tahun atau 14.185 ton per bulan. Menurut penelitian rata-rata hasil deasetilasi khitin menjadi kitosan adalah berkisar antara 6,04% dan 11,33% (Hartati, 2002), Hal ini menunjukkan bahwa kitosan yang dihasilkan setiap bulannya antara 856,774 ton sampai 1607,16 ton. Apabila dikonversikan dengan kapasitas produksi peralatan versi BPPT maka akan sama dengan 428,387 sampai dengan 803,58 kali kapasitas produksi peralatan tersebut. Bila kitosan diproduksi secara massal dengan nilai investasi Rp. 7,7 miliar per 2 ton kitosan berarti senilai dengan Rp. 3,298 triliun sampai dengan Rp. 6,187 triliun. Dengan investasi yang sangat besar tersebut akan dihasilkan keuntungan yang berlipat ganda kira-kira sebesar Rp. 104,56 milyar sampai Rp. 196,15 milyar per bulan.
C.  DIDAUR ULANG
Limbah udang yang berupa kulit, kepala, dan ekor dengan mudah didapatkan mengandung senyawa kimia berupa khitin dan khitosan. Senyawa ini dapat diolah dan dimanfaatkan sebagai bahan penyerap logam-logam berat yang dihasilkan oleh limbah industri. Hal ini dimungkinkan karena senyawa khitin dan khitosan mempunyai sifat sebagai bahan pengemulsi koagulasi, reaktifitas kimia yang tinggi dan menyebabkan sifat polielektrolit kation, sehingga dapat berperan sebagai penukar ion (ion exchanger) dan dapat berfungsi sebagai absorben terhadap logam berat dalam air limbah (Marganof, 2003).

Sebagai bahan pemrosesan limbah cair, khitosan mampu menurunkan kadar COD, BOD, padatan tersuspensi, warna, kekeruhan, dan mampu mengikat logam berat seperti Fe, Cu, Cd, Hg, Pb, Cr, Ni, Mn Co, Zn, dan lain lain(Marganof, 2003).Menurut Manurung (2011), khitin atau khitosan hasil isolasi mempunyai potensi yang baik sebagai koagulan penjernih air. Misalnya untuk konsentrasi koagulan 0,5%, tawas hanya mampu menurunkan tingkat kekeruhan air sebesar 54,21%, sedangkan khitin atau khitosan mampu menurunkan tingkat kekeruhan air hingga 90,37 %. Khitosan juga mampu sebagai bahan antibakteri dan kemampuannya untuk mengimobilisasi bakteri menjadikan khitosan dapat digunakan sebagai pengawet makanan (Anonim, 2011).
Bila Indonesia mampu memproduksi khitosan maka dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri tanpa harus mengimpor dan tidak menutup kemungkinan dapat memenuhi kebutuhan luar negeri melalui ekspor. Proyek produksi khitosan di Indonesia belum digalakkan secara luas, Produksi kitosan merupakan suatu proyek besar yang harus dibangun secara serius, mengingat keuntungan ekonomis yang diberikan.

Agrobursa. 2011. Beli: Limbah Kulit Udang atau Kepala Udang. http://agrobursa.blogspot.com/2011/01/beli-limbah-kulit-udang-atau-kepala.html. Diakses 16 juni 2013.
Anonim. 2011. Pemanfaatan Limbah Kulit Udang menjadi Edible Coating untuk Mengurangi Pencemaran Lingkungan.http://informasi-budidaya.blogspot.com/2011/01/pemanfaatan-limbah-kulit-udang-menjadi.html. Diakses 16 juni 2013.
Hartati, F., Tri, S., Rakhmadioni., dan Loekito, A. 2002. Faktor Faktor yang Berpengaruh Terhadap Deproteinasi Dalam Pembuatan Khitin Dari Cangkang Rajungan (Portunus pelagicus). Biosain. vol 2(1).
Jasin, M. 1989. Zoologi Invertebrata. Sinar Harapan. Surabaya.
Manurung, Manuntun. 2011. Potensi Khitin/Khitosan dari Kulit Udang sebagai Biokoagulan Penjernih Air. Jurnal Kimia 5 (2), Juli 2011 : 182-188.
Marganof. 2003. Potensi Limbah Udang Sebagai Penyerap Logam Berat (Timbal, Kadmiun dan Tembaga) di Perairan. http://rudyct.topcities.com/pps702_71034/ marganof.htm. Diakses 16 Juni 2013.
Scribd. 2013. Pengertian Limbah Padat. http://www.scribd.com/doc/34144034/PENGERTIAN-LIMBAH-PADAT. Diakses 16 juni 2013.
Soetomo, M. 1990. Teknik Budidaya Udang Windu. Sinar Baru. Bandung.
Wikipedia. 2013. Limbah. http://id.wikipedia.org/wiki/Limbah. Diakses 16 juni 2013.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

15 Ilustrasi yang Membuktikan Bahwa Dunia Memang Gila

10 Tanda Rumah Kamu Berhantu